Selasa, 22 Juni 2010

Batik Sragen Berobsesi Tembus Pasar Mancanegara

Orang mengenal sentra produsen batik di Jawa Tengah/DIY mungkin hanya terpaku di daerah Solo, Yogyakarta, Pekalongan, dan Lasem, padahal Kabupaten Sragen yang wilayahnya mencapai 941,55 km2 yang terbagi dalan 20 kecamatan, 8 kelurahan, dan 200 desa menyimpan potensi sebagai produsen batik yang kualitasnya tidak kalah dari daerah-daerah lain.

Industri batik di Sragen merupakan warisan leluhur yang sudah berusia kurang lebih 100 tahun.

Bicara tentang batik Sragen tak bisa dipisahkan dari Keraton Surakarta (Solo) yang merupakan pelopor pembuatan batik.

Penduduk Kabupaten Sragen yang wilayahnya berdekatan dengan Keraton Surakarta (Solo) — hanya dibatasi Sungai Bengawan Solo — ternyata banyak belajar dari seniman batik Solo. Berkat ketekunan dan keuletannya, penduduk Sragen hingga sekarang berhasil mengembangkan batik dengan ciri tersendiri. Â

Kabupaten Sragen hingga kini memiliki sebanyak 4.542 unit usaha batik tulis dengan jumlah perajin batik 12.353 orang yang tersebar di sentra-sentra industri batik di Kecamatan Plupuh, Masaran, dan Kalijambe. Khusus untuk Kecamatan Masaran ada 2.567 unit usaha batik yang mampu menyerap tenaga kerja 7.233 orang.

Perajin batik Sragen setiap bulan mampu memproduksi sebanyak 1.201.500 potong bahan batik untuk konsumsi pasar domestik seperti Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa, sedangkan pasar ekspor kini belum digarap optimal.

Para perajin batik Sragen hingga sekarang memang masih terpaku manggarap pasar domestik, sedangkan pasar ekspor belum tersentuh sama sekali.

“Kita memang berobsesi batik Sragen mampu menembus pasar mancanegara. Memang banyak turis yang menyukai batik Sragen, namun belum sampai pada taraf mengekspor,” kata Murdioko (51), perajin batik di Masaran Sragen, Jumat.

Pembatik di Sragen memang mayoritas hanya mengkhususkan diri membuat bahan batik yang disetorkan ke beberapa toko batik terkenal untuk dijadikan pakaian batik. Namun ada juga yang membuat pakaian batik. Mutu batik Sragen tak kalah dari daerah lain.

Produksi batik yang dibuat kalangan pembatik di Sragen antara lain batik cap, batik tulis, batik printing, dan cabut batik (kombinasi batik tulis dan batik cetak).

Kabupaten Sragen sejak dulu sudah dikenal sebagai daerah penghasil batik dengan ciri khas yang berbeda dari batik-batik di daerah lain sehingga produksi batik Sragen sangat diminati kalangan konsumen.

“Peluang investasi di industri batik masih terbuka luas untuk digarap para pengusaha antara lain dalam pengadaan bahan baku, pengembangan produksi, pelatihan, keterampilan, dan pemasaran produk,” kata Bupati Sragen, Untung Wiyono.

Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen kini terus berupaya mengembangkan industri batik agar produksi batik Sragen bisa setara dengan batik Solo, batik Pekalongan, dan batik Lasem.

Selama ini batik Sragen memang tidak pernah terendus karena selalu kalah pamor dari batik Solo atau Yogyakarta karena begitu bicara batik, maka orang akan teringat kedua kota itu. Padahal, sebenarnya justru sentra batik tulis yang sebenarnya ada di kota Sragen.

Hanya saja, selama ini para perajin memang memilih memasok ke pasaran di Solo karena kebetulan ada Pasar Klewer. Karena itu terkenalnya batik Solo padahal itu produksi dari perajin di Sragen.

Di Solo sendiri memang banyak terdapat pabrikan batik. Tetapi kebanyakan batik printing, sedangkan perajin batik tulis kini sudah semakin jarang. Di samping kalah bersaing, pasaran juga lebih banyak dikuasai batik pabrikan. Masyarakat sendiri hanya mengenal batik. Tidak begitu memperhatikan batik tulis atau batik printing.

Potensi itulah yang diendus Bupati Sragen. Latar belakangnya sebagai pengusaha mengusiknya untuk memopulerkan batik Sragen, agar tidak semakin tenggelam karena kurang mendapat pasar.

“Jika bisa, kami ingin seperti sentra batik di Pekalongan. Begitu masuk ke wilayah kota itu, di pinggir jalan bisa dijumpai sentra galeri batik. Jadi sekaligus tempat itu bisa digunakan untuk wisata belanja khusus batik,” kata Bupati Sragen.

Bupati Sragen bekerja sama dengan para pengusaha tengah mengincar pasar ekspor, bukan sekadar pasar ritel. Karena itu kini diambil langkah mengontak ‘buyers’ di Malaysia, Thaliand, Filipina, dan Australia, yang diharapkan akan bisa menampung pasaran batik tulis Sragen.

Tidak hanya itu, hotel, dan travel biro yang biasa membawa turis asing ke Solo juga ditembus, untuk mengenalkan sentra batik Sragen tersebut. Semua potensi pasar dirambah untuk memperluas jaringan.

Bahkan, untuk meningkatkan mutu, corak, desain, dan usaha para perajin batik di Sragen maka lembaga nirlaba “Business Development Services” (BDS) Jaka Tingkir memberi pendampingan bagi kalangan pembatik di, Masaran, Kabupaten Sragen.

“Para pembatik di Masaran, Sragen sangat membutuhkan pendamping untuk mengembangkan usahanya. Mereka masih awam tentang informasi sehingga perlu diberi pendampingan,” kata pengelola BDS Jaka Tingkir Sragen, Suwanto.

Ia mengatakan, BDS Jaka Tingkir mempunyai hubungan erat dengan lembaga lain seperti PT Bank Jateng, Swisscontact, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang.

Jasa yang pernah dilakukan BDS meliputi pelayanan perizinan UKM di Klaster Batik Masaran, pelatihan batik cap di Pilang, dan Gedongan.

“Kita membantu akses permodalan ke lembaga keuangan, koperasi, bank, BUMN, termasuk memfasilitasi pameran di daerah, provinsi, dan tingkat nasional, termasuk memberi informasi pemasaran,” katanya.

Misi BDS Jaka Tingkir Sragen adalah mendampingi kalangan perajin batik Sragen dalam mengembangkan usaha, mengembalikan perajin dari urban untuk melakukan usaha sendiri, menjadi mediator antara pengusaha dengan pihak lain, dan membantu perajin mengatasi permasalahan usaha.

Umumnya, kata Suwanto, klien BDS Jaka Tingkir adalah usaha mikro masih dalam batasan wilayah Kecamatan Masaran dan Plupuh Kabupaten Sragen, namun dalam perkembangan tak membatasi wilayah sepanjang dibutuhkan klien, terutama para perajin batik di Sragen.

Semuanya itu diharapkan kelak bermuara pada pencapaian obsesi Sragen, yakni menembus pasar di luar negeri. ( ant/ Herry Soebanto )


Sumber:
http://beritasore.com/2007/05/26/batik-sragen-berobsesi-tembus-pasar-mancanegara/
26 Mei 2007

1 komentar:

  1. mantaab...mampir ke blog kami ya.. http://loviabatikdancraft.blogspot.com/

    BalasHapus